Senin, 05 Oktober 2009

Pulau Samosir, Potensi Wisata yang Belum Dikelola Maksimal


Akses yang kurang menjadi satu dari sekian banyak hal yang menghambat perkembangan wisata di Samosir. Untuk mencapai pulau ini cukup memakan waktu.
Pulau Samosir adalah pulau yang berada di tengah-tengah Danau Toba di Sumatera Utara. Suatu pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Samosir menjadi kabupaten pada Januari 2004. Sebelumnya, pulau ini merupakan bagian dari Kabupaten Toba Samosir. Terdiri atas 9 kecamatan, yaitu Pangururan (Ibu Kota Kabupaten), Harian, Sianjur Mulamula, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Ronggur Nihuta, Simanindo, dan Sitio-Tio.
Masing-masing kecamatan memiliki objek wisata, yang bila dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai tambah bagi pulau yang berpenduduk 131.000 jiwa. Namun, sayang potensi wisata itu belum dikelola maksimal. Alhasil, yang tampak dalam kunjungan SP baru-baru ini ke daerah itu adalah Samosir yang sepi. Padahal Juni dan Juli merupakan waktu libur.


Kesan kurang terawat dan pegunungannya yang gundul terlihat di berbagai tempat di lokasi wisata. Cuaca yang terik akhir-akhir ini semakin mengesankan kegersangan di tanah asal Suku Batak ini. Kondisi yang gersang dengan mata pencaharian utama bertani serta akses yang kurang membuat Samosir kurang berkembang dibanding tempat wisata lain. Tidak mengherankan, penduduk setempat banyak yang merantau ke luar Samosir. Menurut Bupati Samosir Mangindar Simbolon, sebagian besar lulusan SMA meninggalkan Samosir untuk mencari pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.
Akses yang kurang menjadi satu dari sekian banyak hal yang menghambat perkembangan wisata di Samosir. Untuk mencapai pulau ini cukup memakan waktu. Perjalanan Jakarta ke Medan memakan waktu dua jam penerbangan, dilanjutkan dengan perjalanan darat memakan waktu empat jam dari Medan ke Parapat, dan menggunakan kapal feri 45 menit dari Dermaga Ajibata, maka seorang wisatawan membutuhkan waktu lebih dari tujuh jam. Waktu tempauh 45 menit akan lebih singkat menjadi 10 menit bila menggunakan speed boat.
Tanah Leluhur

Pulau Samosir diyakini sebagai daerah asal orang Batak. Pasalnya, di pulau ini tepatnya di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula merupakan asal orang Batak. Pusuk Buhit merupakan perbukitan dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan Danau Toba. Perbukitan ini dipercaya sebagai alam semesta atau "Mulajadi Nabolon" (Tuhan Yang Maha Esa) menampakkan diri. Di kecamatan ini ada Desa Sianjur Mulamula yang merupakan perkampungan pertama kelompok masyarakat Batak.
Desa ini berada di kaki bukit Pusuk Buhit. Di desa ini terdapat cagar budaya berupa miniatur Rumah Si Raja Batak. Sebagai informasi, sebutan Raja Batak bukan karena posisi sebagai raja dan memiliki daerah pemerintahan, melainkan lebih pada penghormatan keturunan Batak terhadap nenek moyang Suku Batak. Informasi yang beredar menyebut, Raja Batak berasal dari Thailand melalui Semenanjung Malaysia, Sumatera hingga tiba di Sianjurmulamula. Informasi lain menyebut Raja Batak berasal dari India melalui daerah Barus atau Alas Gayo hingga sampai ke Danau Toba.
Di perkampungan Sianjurmulamula, ada bangunan rumah semitradisional Batak, yang merupakan rumah panggung terbuat dari kayu, tanpa paku, dilengkapi tangga, dan atap seng. Rumah Batak asli atapnya dari ijuk. Di atas perkampungan terdapat wisata Batu Hobon. Batu ini merupakan peti terbuat dari batu yang dibuat oleh keturunan Raja Batak, Saribu Raja yang merupakan pandai besi ratusan tahun lalu. Di dalam peti batu ini disimpan kekayaan Saribu Raja, yang oleh masyarakat setempat saat ini tak seorang pun berhasil membuka tutup peti.
Di atas Batu Hobon terdapat Sopo Guru Tatea Bulan yang dibangun tahun 1995 oleh Dewan Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatea Bulan. Bangunan ini terdapat di Bukit Sulatti (di bawah Pusuk Buhit), dan di dalam bangunan terdapat sejumlah patung keturunan Raja Batak berikut dengan patung sejumlah kendaraan si Raja Batak dan pengawalnya. Kendaraan itu antara lain naga, gajah, singa, harimau dan kuda. Jejak sejarah di Tanah Batak itu yang sering dilupakan pemerintah.
[disadur dr Suara Pembaruan]

Ompu Sangapan

Ompu Sangapan

Ompu Tahiliat

Ompu Tahiliat

Ompu Marulos Angin

Ompu Marulos Angin karena ilmu yang dimilikinya hanya bisa memiliki satu orang anak. Setelah anaknya lahir, beliau meninggal dan menurunkn ilmunya kepada anaknya. Anaknya bernama Ompu Pangaga. Ompu Marulos Angin dikenal sebagai sosok "Datu" (Ahli pengobatan) yang dikenal memiliki kesaktian s

Seperti halnya ayahnya, Ompu Marulos Angin karena ilmu yang dimilikinya Ompu Pangaga yang menikahi boru Sagala, hanya bisa memiliki satu orang anak. Setelah anaknya lahir, beliau meninggal dan menurunkn ilmunya kepada anaknya. Anaknya bernama Ompu Bada.

Ompu Bada pergi meninggalkan kampung halaman (Saitnihuta, Pangururan) merantau ke Parlilitan. Beliau hidup dan tinggal dan menikah dengan penduduk setempat (Boru Hasugian).
Belajar kepada keadaan Ayah dan Kakeknya yang karena ilmu yang dimilikinya akan meninggal bila istrinya melahirkan anak laki-laki, Ompu Bada melepaskan semua ilmu yang diturunkan padaNya.
Dan benar, Ompu Bada berhasil mendapatkan tiga orang anak yaitu :
  1. Tola Salmon Sitanggang (Ompu Kristian)
  2. Goliat Sitanggang (Ompu Kaler)
  3. Jirha Sitanggang (Ompu Riwator)

Ompu Bandar Siantar

Ompu Bandar Siantar dikarunia enam (6) orang anak yaitu :
  1. Ompu Baligabosi
  2. Ompu Tahiliat
  3. Ompu Ungkang
  4. Ompu Jakkit
  5. Ompu Marulos Angin
  6. Ompu Sangapan

Ompu Rajayang

Ompu Rajayang dikaruniai dua orang anak yaitu :
  1. Ompu Pangasaroha
  2. Ompu Bandar Siantar

Ompu Pangulu Raja

Ompu Pangulu Raja dikarunia tiga (3) orang anak yaitu :
  1. Ompu Soliapon
  2. Ompu Rajayang
  3. Ompu Gombar Laut